Penjual Garam Keliling
Photo By : Ibnu Qoyyim |
Anwar (32) adalah salah satu perantau dari
Pati, Jawa Tengah. Pria berpostur sekitar 175 cm ini berbagi pengalamannya
sebagai penjual garam keliling. Ia menghidupi dirinya dengan cara berjualan garam halus dan bata.
Anwar merantau sejak ia berumur 18 tahun dan ini tahun ke-14 di tanah rantau.
Sebelum ia bekerja sebagai penjual garam keliling ia sempat menjadi kuli
bangunan di Kalimantan bersama dua saudaranya. Sekitar dua tahun di Kalimantan
baru ia memutuskan untuk pulang sebagai petani garam di desanya. Dua minggu ia
menjadi petani garam, saudaranya mengajak untuk berjualan garam keliling yang
notabennya lebih efektif dari segi penghasilan, tenaga, maupun waktu.
Ternyata tidak semudah yang
dibayangkan Anwar untuk berjualan garam keliling. Menghafal daerah yang asing
baginya salah satu kendala awal ia berjualan. Belum lagi saat itu ia masih
menggunakan sepeda tua yang hanya mampu membawa kapasitas dagangan secukupnya. “lebih
nguras tenaga mas kalo udah nyasar tapi dagangan belom laku” curhatnya pada
saat saya berbincang dengannya. Dari hasil penjualanya ia rata-rata mendapatkan
uang sekitar 100-120 ribu per hari. Tergantung banyaknya dagangan yang terjual.
Biasanya Ia berkeliling dari pukul 08.00 sampai selepas dzuhur. Anwar sudah
memiliki beberapa langganan dari warung sembako, rumah makan, dan pasar.
Seminggu sekali ia biasanya menitipkan dagangannya kebeberapa langganannya
tersebut. Tidak jarang juga penjual es krim keliling yang membeli garam batu langsung
ke tempatnya. Saat ini ia juga menjual cuka dan asem jawa sebagai pemasukan
tambahan jika persediaan garam dari petani mulai menipis.
Suliltnya
mendapatkan pasokan garam dari petani juga salah satu kendala yang dialami jika
musim penghujan telah tiba. Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan kualitas
garam akan berkurang. Belum lagi panen yang molor dari jadwal mengakibatkan
petani dan penjual garam rugi besar. Sehingga harga garam melambung tinggi dari
harga biasanya. “serba salah mas kalo ujan mulu kita dapetnya mahal juga dari
petani, kalo kita jual mahal ke pembeli ga
laku juga dikitanya” Keluhnya sambil menyiapkan dagangan. Belum lagi saingan
dari penjual yang lain. Mereka banting harga seenaknya dengan kualitas garam
yang buruk.
Kehidupannya mengalami kemajuan. Saat
ini ia sudah berkeluarga berkat hasil dari berjualan garam dan membeli motor
meskipun bekas. “alhamdulillah mas, gini-gini juga masih bersyukur bisa nikah
bisa beli motor meski bekas” ucapnya sambil meneguk kopi setelah selesai
menyiapkan dagangan. Anwar biasa pulang kampung tiga bulan sekali untuk berkumpul
dengan keluarganya. Ia memiliki dua orang anak. Yang pertama berumur lima tahun
dan yang kedua dua tahun.(Penulis : Ibnu Qoyyim/PNB3A/2017)
lumayan juga ya jualan garam batinya/ keuntungannya....tapi setiap warung sudah ready yang namanya garam, mungkin gimana amal perbuatan kali ya, nice infoh
ReplyDeletesalam bw