Memahami Eksposur Fotografi
Eksposur dalam dunia fotografi
adalah hal yang utama dimana saat memotret kita membutuhkan cahaya, eksposur
itu sendiri dalam fotogarfi dapat didefenisikan jumlah
cahaya yang mengenai klise atau roll film dan untuk kamera digital mengenai
sensor kamera. Untuk menentukan kualitas foto yang baik harus mendapatkan
cahaya yang seimbang, sebab semakin banyak cahaya mengenai film atau sensor
maka hasil gambar akan semakin terang, dan juga sebaliknya. Namun penting
diingat bahwa cahaya yang berlebihan akan mengakibatkan hasil foto Over Exposed,
juga bila cahaya yang diterima sensor kurang maka gambar akan menjadi gelap
atau disebut dengan under exposed.
![]() |
Foto Doc : kelasfotografi.wordpress.com |
Untuk mendapat cahaya yang
seimbang saat memotret ada 3 faktor atau yang paling vital diperhatikan yaitu ISO,Shutter speed, Appeture/Diafragma perhatikan penjelasan dibawah :
ASA/ISO : Ukuran besarnya
Sensitivitas Roll Film/klise atau sensor kamera terhadap cahaya.Sensitifitas sensor atau film
dinyatakan dengan angka dan biasanya kelipatan dua untuk satu Stop atau step. ISO 100-200-400-800-1600-3200-6400.
ISO 100 nilai terendah (ISO default) pada nilai ini sensor berada pada nilai
terendah , untuk membuat sensor lebih sensitive terhadap cahaya nilai ISO dapat
dinaikkan ke nilai yang paling tinggi. Saat ISO dinaikkan maka sinyal tegangan
output sensor kamera menjadi lebih peka terhadap cahaya. Yang penting dicatatadalah bila ISO dinaikkan satu step atau 1Stop maka sensitivitas sensor kameraakan bertambah dua kali lipat. Misalnya jika kita memotret dengan ISO 100 dan kecepatan S 1/ 500 kemudian dengan bukaan lensa F 5.6 dan akan mengubah kecepatan ranah kamera ke 1/1000 maka ISO dapat kita ubah ke 200 dengan kondisi bukaan lensa yang sama. catatan kedua bila iso semakin tinggi maka konsekwensi adanya Noise untuk kamera DSLR namun jika analog akan ada pada Film.
Shutter : Shutter adalah jendela atau tirai pada kamera sebelum cahaya mengenai film atau sensor kamera atau berapa lama cahaya mengenai film atau sensor kamera, dan untuk batasan waktu cahaya tesebut mengenai sensor akan disebut Shutter Speed, kecepatan Shuttes speed berfariasi mulai dari yang rendah samapi yang paling tinggi, Catatan yang pertama di ingat adalah semakin cepat Shutter maka cahaya semakin minim atau sedikit yang mengenai sensor, dan juga sebaliknya semakin lambat shutter speed maka cahaya semakin banyak, Biasanya nilai shutte speed yang tersedia adlah 1/sekian detik dan dapat kita lihat contoh deretan angka dibawah :
1 – 1/2 – 1/4 – 1/8 – 1/15 – 1/30 – 1/60 – 1/125 – 1/250 – 1/500 – 1/1000 dst
Shutter : Shutter adalah jendela atau tirai pada kamera sebelum cahaya mengenai film atau sensor kamera atau berapa lama cahaya mengenai film atau sensor kamera, dan untuk batasan waktu cahaya tesebut mengenai sensor akan disebut Shutter Speed, kecepatan Shuttes speed berfariasi mulai dari yang rendah samapi yang paling tinggi, Catatan yang pertama di ingat adalah semakin cepat Shutter maka cahaya semakin minim atau sedikit yang mengenai sensor, dan juga sebaliknya semakin lambat shutter speed maka cahaya semakin banyak, Biasanya nilai shutte speed yang tersedia adlah 1/sekian detik dan dapat kita lihat contoh deretan angka dibawah :
1 – 1/2 – 1/4 – 1/8 – 1/15 – 1/30 – 1/60 – 1/125 – 1/250 – 1/500 – 1/1000 dst
Dari
deretan angka diatas dapat kita lihat kalau kelipatan nilai ini merupakan kelipatan
dua. Jadi 1/30 detik adalah dua kali lebih
lambat dibanding 1/60 detik, sehingga kalau nilai shutter
di kamera dirubah dari 1/60 detik ke 1/30 detik artinya jumlah cahaya yang
masuk ke kamera ditambah dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Demikian
juga 1/500 detik itu dua kali lebih cepat dari 1/250
detik, sehingga kalau nilai shutter dirubah dari 1/250 detik menjadi 1/500
detik itu artinya jumlah cahaya yang masuk dikurangi setengah dari sebelumnya.
Selain
berguna untuk mengatur terang gelapnya sebuah foto, berkreasi dengan kecepatan
shutter selanjutnya bisa menghasilkan foto high-speed dan
foto slow-speed yang keduanya punya keunikan dan nilai seni
tersendiri. Hanya saja memakai kecepatan shutter yang terlalu lambat diperlukan
tripod untuk mencegah foto blur/sheeking karena getaran tangan saat
memotret. penting di ingat juga biasanya ada Tulisan BLUB sebelum angka shutter speed, Bulb tidak memiliki kecepatan namun setelah memotret akan menghasilkan angka shutter di data teknis foto, angka tersebut diukur oleh keinginan dari si fotografer dimana rana kamera tidak akan menutup selama jari anda tidak melepas tombol shutter speed.
Aperture : adalah bagian katup di dalam lensa
berupa lubang yang bisa membesar dan mengecil (biasa disebut bukaan lensa atau
diafragma), dimana semakin besar bukaannya maka makin banyak cahaya yang bisa
masuk, sebaliknya semakin kecil bukaannya maka cahaya yang bisa masuk semakin
sedikit. Besar kecilnya bukaan diafragma ini dinyatakan
dalam f-number, dimana f-number kecil menyatakan bukaaan besar
dan f-number yang besar menyatakan bukaan kecil. F-number
standar untuk lensa modern adalah seperti berikut ini (urut dari bukaan
terbesar hingga terkecil) :
f/1.4 – f/2 – f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11
– f/16 – f/22
Konsep
pengaturan cahaya dengan mengubah bukaan lensa memang sedikit lebih rumit untuk
dipahami. Pertama yang perlu diingat, deret diatas merupakan kelipatan satu
stop atau satu Exposure Value (EV). Bila kita menaikkan bukaan
lensa sebesar satu stop (misal dari f/11 ke f/8) artinya kita menambah jumlah
cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat, sementara bila kita mengecilkan
bukaan lensa sebesar satu stop (misal dari f/2.8 ke f/4) artinya kita
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera sebanyak setengahnya.
Kedua,
untuk pengaturan yang lebih presisi, diafragma pada lensa modern mampu diatur
dalam step yang lebih kecil, umumnya adalah kelipatan 1/2 dan 1/3 stop. Sebagai
contoh, diantara f/2.8 hingga f/8 ada beberapa f-number dengan
kelipatan 1/3 stop (ditandai dengan warna biru) yaitu :
f/2.8 – f/3.2 – f/3.5 – f/4 – f/4.5 – f/5 –
f/5.6 – f/6.3 – f/7.1 – f/8
Dari
deret diatas, tampak kalau ternyata diantara f/2.8 dan f/4 masih tersedia
dua f-number lain yang mewakili 1/3 EV yaitu f/3.2 dan
f/3.5. Dengan demikian kita punya keleluasaan dalam mengendalikan bukaan dengan
lebih halus dan lebih presisi.
Selain
sebagai kendali terang gelapnya sebuah foto, berkreasi dengan bermacam variasi
bukaan lensa juga menentukan kedalaman foto atau depth-of-field.
Foto yang diambil memakai bukaan besar akan memberikan latar belakang
yang blur (out of focus), sementara bukaan kecil akan
memberikan latar belakang yang tajam.
Dengan menyeimbangkan ketiga element diatas disebut dengan EKSPOSUR, beberapa orang membuat perumpamaan supaya cepat dipahami sperti gambar dibawah :
![]() |
Photo Doc.kelasfotografi.wordpress.com |
Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami exposure adalah dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini kita umpamakan segitiga exposure seperti halnya sebuah keran air.
- Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran
- Aperture adalah seberapa lebar kita membuka keran
- ISO adalah kuatnya dorongan air
- Sementara air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima sensor kamera
Sumber dari :kelasfotografi.wordpress.com
0 Response to "Memahami Eksposur Fotografi"
Post a Comment